“Squid Game” di Gaza: Tentara Israel Akui Diperintah Tembaki Warga yang Kelaparan

PUBLIKAINDONESIA.COM, GAZA – Laporan investigasi terbaru surat kabar Israel Haaretz mengungkap pengakuan mengejutkan dari tentara Israel: mereka diperintahkan untuk menembaki warga sipil Palestina yang kelaparan dan sedang mengantre bantuan makanan. Tindakan ini disebut-sebut dilakukan secara sistematis dan disengaja, tanpa adanya ancaman nyata dari korban.

Pengakuan ini datang langsung dari sejumlah personel militer aktif dan cadangan yang diwawancarai oleh Haaretz. Dalam kesaksiannya, mereka menggambarkan praktik brutal di lapangan, termasuk penggunaan senapan mesin, mortir, peluncur granat, hingga tank untuk membubarkan kerumunan warga sipil di sekitar pusat distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF).

Sejak pusat distribusi itu mulai beroperasi pada akhir Mei, sedikitnya 549 warga Palestina dilaporkan tewas dan lebih dari 4.000 lainnya terluka, sebagian besar akibat tembakan langsung dari pasukan Israel, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

“Kami diperintahkan menembak bahkan jika mereka hanya mendekat dari jarak ratusan meter. Tidak ada senjata, tidak ada perlawanan. Mereka hanya ingin makan,” ujar seorang tentara yang bertugas di Gaza.

Praktik tembak-menembak ini bahkan disebut sebagai bagian dari operasi yang dijuluki “Operasi Ikan Asin,” merujuk pada versi militer dari permainan anak-anak “Lampu Merah, Lampu Hijau,” mirip seperti adegan dalam serial Squid Game.

Dalam salah satu insiden yang disebutkan, delapan warga Palestina, termasuk anak-anak, tewas setelah ditembaki saat menunggu truk bantuan di sebuah persimpangan. Seorang perwira cadangan menyebutnya sebagai “pembunuhan sia-sia yang telah dinormalisasi.”

Komando Tinggi Dituding Jadi Dalang

Nama Brigadir Jenderal Yehuda Vach, komandan Divisi 252, berulang kali disebut dalam kesaksian sebagai pihak yang secara langsung memerintahkan penggunaan tembakan untuk membubarkan warga di dekat truk bantuan PBB. Sejumlah tentara menyebut kebijakan ini diterima begitu saja oleh banyak komandan tanpa mempertanyakan moralitasnya.

“Kehidupan manusia tidak lagi dihargai di Gaza. Ini bukan lagi insiden yang disesalkan, tapi jadi rutinitas,” ujar salah satu tentara reservis.

Zona Bantuan yang Berubah Jadi Perangkap Maut

GHF yang didirikan atas kerja sama antara Israel, kelompok evangelis AS, dan kontraktor swasta, mengelola empat pusat distribusi makanan di Gaza. Bantuan dibagikan selama satu jam setiap pagi, namun wilayah-wilayah ini justru menjadi lokasi mematikan bagi warga yang kelaparan.

Sejumlah kontraktor dilaporkan turut memperburuk situasi. Mereka disebut mendapat bayaran per bangunan yang dihancurkan dan dikawal militer Israel, meski berada sangat dekat dengan zona sipil.

“Demi 5.000 shekel untuk kontraktor, nyawa warga Gaza seakan tak berarti,” ujar seorang tentara.

Minim Investigasi, Kritik Semakin Menguat

Meskipun angka kematian meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir 57 korban jiwa pada 11 Juni, 59 pada 17 Juni, dan sekitar 50 pada 24 Juni militer Israel hanya melakukan tinjauan internal terbatas. Di bawah komando Mayor Jenderal Yaron Finkelman, tidak ada perwira yang dijatuhi sanksi atas kejadian ini.

“Aspek moral hampir tidak ada. Tidak ada yang berhenti untuk bertanya mengapa puluhan warga sipil yang mencari makanan dibunuh setiap hari,” kata seorang sumber militer kepada Haaretz.

Respons Militer Israel

Menanggapi laporan tersebut, militer Israel menyalahkan kelompok Hamas atas krisis kemanusiaan yang terjadi.

“Hamas adalah organisasi teroris brutal yang membuat penduduk Gaza kelaparan dan membahayakan mereka untuk mempertahankan kekuasaannya,” demikian pernyataan resmi militer Israel.

Mereka juga menyebut telah memberi izin kepada organisasi sipil seperti GHF untuk menyalurkan bantuan secara independen di Gaza.

Namun menurut investigasi Haaretz, masalah utama bukanlah logistik atau prosedural, melainkan dehumanisasi sistematis terhadap warga Gaza, yang dipandang oleh pasukan Israel sebagai ancaman meskipun tak bersenjata.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top