PUBLIKAINDONESIA.COM, BANJARBARU – Kabupaten Banjar ditetapkan sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kerawanan bencana tinggi di Kalimantan Selatan. Berdasarkan peta potensi bencana, hampir seluruh wilayah kabupaten ini memiliki titik zona merah yang berisiko terdampak bencana alam.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjar, Yayan Daryanto, menyampaikan bahwa meskipun tidak semua wilayah berstatus zona merah, namun potensi bencana tetap menyebar luas.
“Terdapat banyak titik potensi bencana seperti banjir, banjir rob, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), hingga angin puting beliung,” ujarnya usai Rapat Koordinasi dengan para pemangku kepentingan di Hotel Aeeris Banjarbaru, Kamis (26/6/2025).
Yayan juga mengungkapkan bahwa potensi bencana di Kabupaten Banjar mengalami peningkatan. Dari yang sebelumnya hanya lima jenis bencana, kini bertambah menjadi tujuh, dengan tambahan berupa potensi banjir bandang dan gempa bumi.
Ia mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar aliran sungai dan daerah rawan bencana, agar selalu waspada terhadap perubahan cuaca dan segera melaporkan jika terdapat tanda-tanda potensi bencana.
Senada dengan hal itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar, HM Hilman, juga menegaskan bahwa wilayah Banjar memiliki risiko tinggi terhadap banjir karena berada dalam wilayah tangkapan air (catchment area) dari Sungai Riam Kanan, Riam Kiwa, dan Sungai Martapura.
“Daerah pesisir dan dataran rendah seperti Kecamatan Aluh-Aluh, Beruntung Baru, Sambung Makmur, hingga Gambut sangat terpengaruh kondisi pasang air laut dan curah hujan tinggi,” jelas Hilman.
Ia juga menyoroti potensi kebakaran hutan dan lahan yang semakin meningkat di musim kemarau. Sekitar 60 persen wilayah Kabupaten Banjar merupakan lahan gambut yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan karena medan yang sulit dijangkau.
“Jenis kebakaran di lahan gambut ini lebih berbahaya karena apinya bisa merambat di bawah permukaan dan menimbulkan kabut asap dalam waktu lama,” jelasnya.
Diketahui, Kabupaten Banjar bahkan pernah mengalami dua kali gempa bumi, yang mempertegas perlunya kesadaran kolektif terhadap ancaman bencana yang beragam. Pemerintah pun terus mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga kewaspadaan dan berperan aktif dalam upaya mitigasi serta kesiapsiagaan bencana.