PUBLIKAINDONESIA.COM, JAKARTA – Ilmuwan kembali menemukan harapan dari alam dalam upaya melawan krisis sampah plastik global. Sebuah jamur yang ditemukan di hutan hujan Amazon, bernama Pestalotiopsis microspora, terbukti secara ilmiah mampu mengurai plastik jenis poliuretan bahkan di lingkungan tanpa oksigen, seperti di dalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Penemuan ini pertama kali dilaporkan oleh tim peneliti dari Yale University, Amerika Serikat, dan kini terus dikembangkan melalui studi lanjutan. Menurut penelitian, jamur ini dapat bertahan hidup dengan hanya mengonsumsi plastik sebagai sumber karbon, menjadikannya salah satu organisme unik yang mampu memecah plastik keras di lingkungan ekstrem.
“Tubuh jamur ini menghasilkan enzim yang memecah rantai kimia poliuretan, yang dikenal sangat sulit terurai oleh proses alami,” ungkap tim peneliti, seperti dikutip dari Phys.org.
Bukti Ilmiah dan Pengujian Laboratorium
Studi lanjutan yang diterbitkan pada awal 2024 dalam National Library of Medicine (PMC) menunjukkan bahwa P. microspora dapat menumbuhkan zona degradasi (halo) pada media agar berisi poliuretan, menandakan kemampuan aktif untuk menghancurkan plastik. Eksperimen tersebut juga membuktikan bahwa jamur ini dapat beradaptasi dalam kondisi lingkungan tanpa oksigen, sesuatu yang sulit dilakukan oleh sebagian besar mikroorganisme pengurai.
Potensi Besar dalam Skala Industri
Kemampuan unik P. microspora membuka jalan bagi teknologi bioremediasi, yakni metode pembersihan limbah menggunakan organisme hidup. Jamur ini dianggap sangat potensial untuk diterapkan langsung di lokasi TPA, bahkan di lapisan terdalam, yang biasanya tidak bisa dijangkau oleh teknologi pengolahan limbah konvensional.
Dalam eksperimen awal yang dilakukan oleh komunitas ilmiah dan penggiat lingkungan, termasuk pengguna Reddit dan komunitas mikrobiologi independen, jamur ini menunjukkan kemampuan menurunkan volume plastik meski dalam waktu relatif lambat.
Jamur Lain Juga Berperan
Selain P. microspora, ilmuwan juga menemukan jamur lain yang memiliki potensi serupa:
-
Aspergillus tubingensis, ditemukan di tempat sampah Islamabad, Pakistan, dapat memecah plastik dalam hitungan minggu.
-
Parengyodontium album, jamur laut yang mampu mengurai polietilena setelah terpapar sinar UV, berpotensi untuk mengatasi sampah plastik laut seperti di Great Pacific Garbage Patch.
Tantangan dan Masa Depan
Meski menjanjikan, penerapan teknologi jamur pengurai plastik ini masih menghadapi tantangan, seperti kecepatan degradasi, keamanan ekologis, dan efisiensi di skala industri. Para ilmuwan tengah mengembangkan metode modifikasi genetik dan sistem kolaboratif multi-organisme (misalnya dengan bakteri seperti Ideonella sakaiensis) untuk menciptakan sistem pengolahan sampah yang terpadu dan lebih cepat.
“Dengan pengembangan lebih lanjut, jamur ini bisa menjadi bagian dari solusi global terhadap polusi plastik,” ujar peneliti dari Institut Bioteknologi Lingkungan Jepang.
Penemuan Pestalotiopsis microspora menjadi titik terang dalam perjuangan melawan krisis sampah plastik yang kian mengkhawatirkan. Sifatnya yang alami, tahan banting, dan efisien dalam kondisi ekstrem memberi harapan baru bagi masa depan bumi yang lebih bersih.